makalah sistem ekonomi Islam - Teori Konsumsi Islam
Teori Konsumsi
Islam
(Makalah untuk Memenuhi Ulangan Tengah
Semester Mata Kuliah Sistem Ekonomi Islam)
Dosen Pembimbing:
Drs. Hasanuddin, MA
Disusun
Oleh:
Zulfa Aenun Nisa 11150530000064
JURUSAN
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS
ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2017
M / 1438 H
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan bagi pembaca dalam membahas teori Produksi Islam ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berterima kasih kepada Pak Hasanuddin selaku
dosen Sistem Ekonomi Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Ciputat, 8 Juni 2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
b.
Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
BAB
II TEORI KONSUMSI ISLAM
a. Pengertian
Produksi Islam .......................................................................... 3
b. Konsep Umum tentang Faktor Produksi dalam Islam ................................ 4
c. Tujuan
Produksi Islam ............................................................................... 4
d. Fungsi
Produksi Islam................................................................................. 5
e. Prinsip
Dasar Produksi Islam ..................................................................... 6
f.
Alokasi Faktor-
Faktor Produksi dan Penentuan Harga ............................. 6
g. Dampak bunga dan Bagi
Hasil dalam Produksi ......................................... 7
h. Pengaruh
Zakat terhadap Produksi ............................................................. 7
i.
Motif- Motif
Produksi ................................................................................ 9
j.
Norma dan Etika
dalam Produksi .............................................................. 11
k. Pola
Produksi .............................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
a.
Kesimpulan ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah
keyakinan kepada Allah Azza Wa Jalla. Dengan keyakinan akan peran dan
kepemilikan absolute dari Allah, maka konsep produksi dalam Islam tidak
semata-mata bermotif memaksimalkan keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk
memaksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat Al-Qashash mengingatkan
manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia.
Artinya urusan dunia adalah sarana untuk memperoleh kesejahteraan akhirat.
Seperti yang sudah dijelaskan
dimukam, bahwa Islam tidak sepenuhnya menentang motif ekonomi seseorang
melakukan proses produksi, yaitu untuk mencapai keuntungan. Karena dalam Islam
tidak hanya sesederhana itu, karena Islam menjelaskan nilai-nilai moral
disamping utilitas. Islam mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang
yang banyak manfaatnya bagi orang lain. Dengan demikian, bekerja dan berusaha
itu menempati posisi dan peranan yang sangat penting dalam Islam. Bisa dibayangkan
apa yang akan terjadi bila seseorang tidak bekerja, berusaha dan berproduksi,
maka akan sulit untuk meberi manfaat kepada orang lain.
Dalam Islam,
memproduksi barang atau jasa tidak sesuatu untuk dikonsumsi sendiri atau dijual
kepasar, karena dua motivasi ini masih belum cukup. Islam menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus mewujudkan
fungsi sosial.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Produksi Islam
2.
Konsep
Umum tentang Faktor Produksi dalam Islam
3.
Tujuan
Produksi Islam
4.
Fungsi
produksi Islam
5.
Prinsip
Dasar Produksi Islam
6.
Alokasi
Faktor- Faktor Produksi dan Penentuan Harga
7.
Dampak
bunga dan Bagi Hasil dalam Produksi
8.
Pengaruh
Zakat Perusahaan terhadap Produksi
9.
Motif-
Motif Produksi
10.
Norma
dan Etika dalam Produksi
11.
Pola
Produksi
BAB II
TEORI PRODUKSI ISLAM
A.
Pengertian Produksi Islam
Pengertian
Produksi menurut pendapat para ahli :
1.
M.N
Siddqi berpendapat bahwa
Produksi adalah
penyedian barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan
bagi masyarakat.[1]
2.
Monzer
Kahf
Mendeskripsikan
bahwa Produksi adalah sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya
kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitasnya, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu
kebahagian dunia dan akhirat[2]
Sebagai modal dasar berproduksi,
Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi manusia, untuk diolah bagi
kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
22:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui”. QS:
Al-Baqarah : 22.
Adapun kaidah-kaidah dalam
berproduksi dalam Islam antara lain adalah:
1. Memproduksi
barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah
kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan
ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai
kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam prioritas yang ditetapkan
agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama,
terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran
material.
4. Produkksi
dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu
hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan prasarana yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
5. Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.[3]
Menurut
pendapat para ahli kami menyimpulkan bahwasannya produksi ekonomi Islam adalah
kegiatan manusia yang menghasilkan suatu barang dan jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan makhluk lain proses produksi
ini harus berdasarkan syariat Islam yaitu mementingkan umat dan tujuannya untuk kemaslahatan umat.
B.
Konsep Umum Tentang Faktor Produksi dalam Islam
Semua input produktif dapat dikelompokan menjadi dua kategori.
Kategori pertama berisi input yang tidak habis dipakai selama digunakan, yakni
tetap dalam sifat dan bentuk aslinya ( kecuali rusak karena dipakai ). Kita
sebut kategori pertama ini sebagai ‘input faktor produksi’(factor inputs)
Kategori kedua mencakup input yang habis dipakai serta kehilangan
sifat dan bentuk aslinya selama berlangsungnya proses produksi. Misalnya kapas
sebagai input sebagai input dalam produksi tekstil. Sesudah tekstilnya selesai
diproduksi, kapas itupun hilang pula wujudnya sebagai kapas. Kategori ini
secara luas dapat disebut ‘input terpakai habis’ (consumed inputs)[4]
C.
Tujuan Produksi Islam
Bahan bacaan dalam
Islam modern mengenai ekonomi menarik sekali dalam pandangannya tentang
produksi sebagai upaya manusia untuk meningkatkan tidak hanya kondisi
materialnyatetapi juga moralnya dan sebagai sarana untuk mencapai tujuannya di
hari kiamat kelak.[5]
Tujuan kegiatan
produksi adalah menurut M. A. Mannan bersifat altruistik ( mementingkan
atau memperhatikan orang lain), sehingga produsen hendaknya mengejar keuntungan
maksimum saja. Produsen hendaknya mengejar tujuan yang lebih luas sebagaimana
tujuan ajaran Islam yaitu mencapai Falah di dunia dan akhirat.
Secara terperinci
Siddiq menyebutkan beberapa tujuan produksi
-
Pemenuhan
sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat
-
Menemukan
kebutuhan masyarakat
-
Persedian
bagi generasi mendatang,
-
Pemenuhan
sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah SWT
D.
Fungsi Produksi
Produksi adalah
sebuah proses yang telah terlahir dimuka bumi ini sejak manusia menghuni planet
ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia
dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan
alam. Maka untuk menyatukan manusia dengan alam Allah telah menetapkan bahwa
manusia berperan sebagai khalifah. Bumi adalah lapangan dan medan, sedangkan
manusia adalah pegola segala apa yang terdampar dimuka bumi ini untuk
dimaksimalkan fungsi dan kegunaanya. Apa yang diungkapkan oleh para ahli ekonom
tentang modal dan system tidak akan keluar dari unsur kerja dan upaya manusia.
System atau aturan tidaklain adalah perencanaan dan arahan. Sedangkan modal (
oleh Yusuf Qordhawi) dalam bentuk alat dan prasarana diartikan sebagai hasil
kerja yang disimpan. Dengan demikian faktor yang dominan dalam dalam produksi
adalah kualitas dan kuantitas manusia, system atau prasarana yang kemudian kita
sebut sebagai teknologi dan modal. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara
jumlah input dan output ( yang berupa barang ataupun jasa) yang dapat
dihasilkan dalam satu waktu periode. Karena setiap input yang digunakan
menggandung baiaya, maka prinsip dari produksi adalah bagaimana produksi dapat
berjalan sehingga mampu mencapai tingkat yang paling maksimum dan efisien[6]
E.
Prinsip Dasar Produksi Islam
Prinsip fundamental
yang harus diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan
ekonomi. Bahkan dalam system kapitalis terdapat seruan untuk memproduksi barang
dan jasa yang didasarkan pada asaskesejahteraan ekonomi. Keunikan islam tentang
kesejahteraan ekonomi terletak pada kenyataan bahwa hal itu tidak dapat
mengabaikan pertimbangan kesejahteraan umumlebih luas yang meny
persoalan-persoalan menyangkut tentang moral, pendidikan, agama dan banyak
hal-hal lainnya.[7]
Jika dalam ekonomi
produksi hanya mengutamakan keuntungan materi atau materialistis maka dalam
konsep ekonomi islam dilihat berdasarkan nilai manfaatnya.
Prinsip dasar yang harus dibagun dalam kegiatan produksi
adalah bawa kegiatan produksi harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan
kebijakan bagi masyarakat. Menurut Sissiqi prinsip dasar produsen yang islami,
yaitu
-
Memeiliki
komiteme yang penuh terhadap keadilan
-
Memiliki
dorongan untuk melayani masyarakat( untuk mencapai kesejahteraan) , sehingga
segala keputusan harus mempertimbangkan hal ini
-
Maximasi
keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua prinsip diatas.
F.
Alokasi faktor – faktor Produksi dan Penentuan Harga
Dalam bahan bacaan
Islam modern tidak ada kesepakatan pendapat mengenai faktor- faktor produksi.
Abu Suud, misalnya beliau menggunakan buku ajar mikroekonomik tingkat
menengahapa saja yang ada di Barat untuk mengklarifikasiakan berbagai faktor
produksi seperti tanah, buruh, dan modal, sedangkan Abdul Manaan mengeluarkan
modal dari daftar ini. Adanya persoalan- persoalan sebagai berikut :
etidakjelasan antara faktor- faktor yang terakhir dan faktor- faktor antara,
atau apakah kita menganggap modal sebagai buruh yang terakumulasi. Perbedaan
ini semakin tajam karena kegagalan dalam memadukan larangan Bungan dalam islam
dengan peran beasr yang dimainkan oleh modal dalam produksi. Kegagalan ini disebabkan
oleh adanya prakonsepsi kapitalis yang menyatakan bahwa bunga adalah harga
modal yang ada di balik pikiran sejumlah
penulis.[8]
Tujuan dan prinsip dasar
produksi akan menentukan pola alokasi sumber daya ekonomi dan ragam jenis
produksi. Jika dalam ekonomi konvensional tujuan produksi adalah menghasilkan
alat pemuas keinginan manusia melalaui proses produksi yang memberikan
keuntungan paling maksimal, maka seluruh sumber daya ekonomi juga akan dialokasikan untuk tujuan tersebut.
[9]
Para produsen akan
berusaha sedemikain rupa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, meskipun
itu harus memeras para pekerja. Berbeda dengan kondisi diatas, dalam produksi
Islam menurut Shiddiqi alokasi Sumber Daya Ekonomi (SDE) akan berorientasi
sebagai berikut.
1.
Berbagai
barang dan jasa yang terlarang (oleh ajaran Islam ) tidak akan diproduksi sehingga
tidak ada sumber daya ekonomi yang dialokasikan untuk produksi barang dan jasa
tersebut.
2.
Selanjutnya,
produksi barang- barang mewah juga harus dikurangi sedemikian rupa sehingga
makin sedikit sumber daya ekonomi yang dialokasikan untuk memproduksinya.
3.
Akan
ada perluasan industry untuk mengahasilkan barang dan jasa yang merupakan
kebutuhan pokok masyarakat sehingga sumber daya ekonomi lebih banyak
dialokasikan untuk hal ini.
Ekonomi Islam menentukan harga
output dengan dua pedoman, yaitu :(a) selama pasar dapat berjalan dengan
normal, maka harga sepenuhnyaditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran
. (b) pemerintah dapat mengeluarka kebijakan penentapan harga seandainya
mekenisme pasar yang normal terdistorsi oleh faktor- faktor yang bersifat alami
misalnya karena adanya ihikar (penimbunan), Bai’ Najasy (persengkokolan
menipu calon pembeli, Tadlis ( penipuan), taghrir (
ketidakpastian)
Menurut Sadeq terdpat dua prinsip
dasar yang harus dijadikan pedoman dalam penentuan faktor produksi yaitu ;
-
Nilai
Keadilan (justice)
-
Pertimbangan
kelangkaan (scarcity)
Faktor produksi dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu, tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.
1.
Modal
Modal menduduki tempat yang spesifik. Dalam masalah modal, ekonomi
Islam memandang modal harus bebas dari bunga. Yang dimaksud dengan modal adalah
barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses
produksi. Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi
yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut[6]. Misalnya, orang
membuat jala untuk mencari ikan. Dalam halini jala merupakan barang modal,
karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk
lain (ikan).
2.
Tenaga
Kerja
Tenaga kerja manusia adalah segala
kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.
3.
Tanah
Tanah adalah faktor produksi yang penting mencakup semua sumber
daya alam yang digunakan dalam proses produksi. Ekonomi Islam mengakui tanah
sebagai factor ekonomi untuk dimanfaatkan secara maksimal demi mencapai
kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi
islam. Al-Qur’an dan sunnah dalam hal ini banyak menekankan pada pemerdayaan
tanah secara baik. Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dapat habis, islam
menekan agar generasi hari ini dapat menyeimbangkan pemanfaatannya untuk
generasi yang akan datang.
4.
Kewirausahaan
Faktor
kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam
mengkoordinir factor-faktor produk. Sumber daya pengusaha yang disebut juga
kewirausahaan. Berperan mengatur dan mengkombinasikan factor-faktor produksi
dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.
Pengusaha berkaitan dengan managemen.
Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan factor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan usaha.[10]
Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan factor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan usaha.[10]
G.
Dampak Bunga dan Bagi Hasil dalam Produksi
Dalam system ekonomi konvensional pembiayaan produksi dilakukan
dengan menggunakan dana yang mengandung bunga. Pembiayaan bunga ini tentu akan
mempengaruhi struktur biaya, yaitu meningkatkan biaya. Biasanya bunga dimasukan
dalam biaya tetap. Secara grafis, hal ini berarti adanya kenaikan FC menjadi
FC’ dan kemdian kenaikan TC menjadi TC’ . Naiknya biaya total ini tentu saja
akan menaikan titik impas (break even point ), sebab jumlah out put yang
harus dihasilkan meningkat dari Q menjadi Q’.
H.
Motif- Motif Produksi
Bahan-bahan
bacaan modern tentang ekonomi Islam menyajikan hasil penelitian yang sangat
baik mengenai naskah-naskah yang bersumber pada Al- Qur’an dan As- Sunnah, yang
menjelaskan etika Islam yang berkaitan dengan arti pentingnya produksi,
larangan menghentikan produksi walaupun untuk kepentingan peribadatan atau doa
dan pencegahan terhadap kemalasan dan ketidaksungguhan.
Berbagai sarana
hukum yang dilakukan oleh umat islam untuk meningkatkan produktivitas dan
mengikis kemalasan atau penyia- nyian berbagai sumber akan terlihat jelas dalam
rangkuman berisi pernyataan yang diberikan oleh As-Sadr berikut ini :
1.
Pemerintah
akan merampas ha katas tanah dari pemilikinyabila dia tidak memanfaatkannya dan
tidak mengolah ataupun menggunakannya untuk kepentingan lain.
2.
Penguasaan
atas tanah yang tidak diketahui pemiliknyatidak menimbulkan hak atas tanah
tersebut; yang adanya hanyalah pemanfaatanya secara baik.
3.
Tidak
ada sumber- sumber alam milik pribadi yang boleh dibiarkan tanpa dimanfaatkan
4.
Tanah
Negara bisa diberikan kepada lembaga- lembaga atau badan- badan swasta sesuai
dengan kemampuan masing- masing untuk memanfaatkannya.
5.
Semua
jenis kegiatan perantara yang tidak produktif dilarang, misalnyamenyewa
sebidang tanah dengan tarif tertentu dan menyewakannya dengan tarif yang lebih
tinggi.
6.
Kegiatan
produksi yang tidak produktif dikenai pajak (zakat) 2,5 persen setiap tahun.
7.
Penggunaan
alcohol, obat bius atau sejenisnya dilarang.
8.
Penetapan
yang menjurus fragmentasi kekayaan yang terpusat secara terus- menerus dan
secara perlahan-lahan dinyatakan tidak sah.
9.
Spekulatif
dibatasi dan transaksi-transaksi yang semata-mata bersifat spekulatif baik
dalam pasar uang ataupun komoditas
dilarang.
10.
Hukum
waris harus digunakan sebagai perangsang kegiatan produktif.
11.
Seharusnya
ada jaminan sosialdalam hubungannya dengan tingkat kehidupan yang terjamin.
12.
Ketidaksediaan
bekerja dan kemalasan yang disengaja menyebabkan orang yang bersangkutan tidak
mendapat jaminan social.
13.
Dengan
dikuranginnya kemewahan dalam konsumsi pribadi menyebabkan pengeluaran dalam
investasi yang menyimpan lebiih menarik.
14.
Kewajiban
setiap muslim adalah mengajarkan setiap cabang pengetahuan dan industry yang
bermanfaat.
15.
Kewajiban
bersama anggota- anggota umat muslim
adalah ikut berpartisipasi dalam industry-industri besar dan berbagai
pengetahuan di dunia.
16.
Negara
memiliki peranan besar dalam produksi, dalam kaitannya dengan perencanaan dan
perusahaan Negara.
17.
Negara
diperbolehkan memperoleh berbagai sumber dan mendistribusikannya dalam rangka
memasimalkan realisasi tujuan- tujuan normative masyarakat.
18.
Negara
masuk dalam bidang kegiatan ekonomi sebagai perencanaan dan pengawas utama.
19.
Kegiatan
yang tid`ak produktif secara ekonomik seperti penjudian, permainan magic atau
sihir itu dilarang.
20.
Bunga
dilarang dipunggut sebagai sumber penghasilan yang dijaminkan kepada
orang-orang yang sebenarnya tidak terlibat dalam kegiatan produktif.[11]
I.
Pengaruh Zakat Perusahaan Terhadap Produksi
Pengenaan pajak PPN terhadap
barang produksi mislanya, akan menPengenaan pajak PPN terhadap barang produksi mislanya, akan
men€babkan harga jual suatu barang meningkat. Kenaikan harga pada barang ini
pada akhirnya akan mengurangi permintaan konsumen dan menurunkan penerimaan dan laba perusahaan.
Berbeda dengan pajak, zakat perusahaan
dikenakan atas keuntungan. Karenanya, ia tidak akan mempengaruhi harga jual
barang sebagaimana dalam pajak. Dengan sendirinya adanaya zakat ini tidak akan
mempengaruhi titik keseimbangan permintaan dan penawaran barang tersebut . jika
tingkat harga dianggap tetap, maka zakat juga tidak akan memberikan dampak
apapun pada struktur biaya. Keadaan ini berarti juga tidak berpengaruh pada
penurunan laba sebagaimana dalam kasus pajak penjualan atau PPN diatas.
J. Norma dan Etika
dalam Produksi
Adapun nilai-nilai yang penting
dalam bidang produksi adalah :
1. Ihsan dan Itqan
( Bersungguh-
sungguh ) dalam berusaha
Islam tidak hanya memerintahkan manusia untuk
bekerja dan mengembangkan hasil usaha nya (produktivitas), tetapi Islam
memandang setiap usaha seseorang sebagai
ibadah kepada Allah dan jihad di jalan Allah. Ini semua merupakan keutamaan
yang dijunjung tinggi agama. Karena amalan duniawi bukan hanya semata-mata
untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kemaslahatan seluruh umat manusia
sehingga amalan duniawi tersebut dapat bernilai ibadah disisi Allah. Ihsan dlam
bekerja, bukan perkara sunat (nafilah) ataupun perkara fadhilah, dan
bukan pula perkara yang sepele dalam pandangan Islam, tetapi merupakan susuatu
yang diwajibkan agama dan dibebankan kepada setiap muslim.
2. Iman, Taqwa, maslahah,
dan Istiqomah
Iman, taqwa, dan istiqomah merupakan pendorong
yang sangat kuat untuk memperbesar produksi melalui kerja keras dengan baik,
ikhlas dan jujur dalam melakukan kegiatan produksi yang dibutuhkan untuk
kepentingan umat,agama, dan dunia. Semua nilai yang sudah dipaparkan ini pada
dasarnya mengacu pada nilai-nilai pokok dalam ekonomi Islam, yaitu amanah dan
ikhlas dalam setiap aktivitas ekonomi.
3. Bekerja pada
Bidang yang Dihalalkan Allah
Akhlak utama yang harus dimilik oleh seorang
muslim dalah bekerja pada bidang yang dihalalkan oleh Allah. Maka dari itu
setiap usaha yang mengandung kedzaliman dan mengambil hak orang lain dengan
cara yang bathil dan itu disebut dengan riba. Dalam ekonomi kapitalis atau
sosialis mereka hanya mementingkan keuntungannya saja dan tidak mengenal batas
halal dan haram, hanya mementingkan keuntungan semata , tanpa memperhatiakan
apakah yang diproduksi itu mendatangkan manfaat atau mudarat sesuai dengan
norma atau tidak. Sedangkan dalam ekonomi Islam segala sesuatu yang dibut
haruslah mengandung manfaat bagi masyarakat memperhatiakan maslahah umat.
K.
Pola Produksi
Berdasarkan pertimbangan
kemashlahatan (altruistic considerations) itulah, menurut Muhammad Abdul
Mannan, pertimbangan perilaku produksi tidak semata-mata didasarkan pada
permintaan pasar (given demand conditions). Kurva permintaan pasar tidak dapat
memberikan data sebagai landasan bagi suatu perusahaan dalam mengambil
keputusan tentang kuantitas produksi. Sebaliknya dalam sistem konvensional,
perusalas arikan kebebasan untuk berproduksi, namun cenderung terkonsentrasi
pada output yang menjadi permintaan pasar (effective demand), sehingga dapat
menjadikan kebutuhan riil masyarakat terabaikan.
Dari sudut pandang fungsional,
produksi atau proses pabrikasi (manufacturing) merupakan suatu aktivitas
fungsional yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menciptakan suatu barang
atau jasa sehingga dapat mencapai nilai tambah (value added). Dari fungsinya
demikian, produksi meliputi aktivitas produksi sebagai berikut; apa yang
diproduksi, berapa kuantitas produksi, kapan produksi dilakukan, mengapa suatu
produk diproduksi, bagaimana proses produksi dilakukan dan siapa yang
memproduksi?
Berikut akan dijelaskan sekilas
mengenai ketujuh aktivitas produksi.
1. Apa yang diproduksi
Terdapat dua pertimbangan yang mendasari pilihan jenis dan macam
suatu produk yang akan diproduksi; ada kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat
(primer, sekunder, tertier) dan ada manfaat positif bagi perusahan dan
masyarakat (harus memenuhi kategori etis dan ekonomi)
2. Berapa kuantitas yang
diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko
Jumlah produksi di pengaruhi dua faktor; intern dan ekstern; faktor
intern meliputi sarana dan prasarana yang dimiliki perusahan, faktor modal,
faktor SDM, faktor sumber daya lainnya. Adapun faktor ekstern meliputi adanya
jumlah kebutuhan masyarakat, kebutuhan ekonomi, market share yang dimasuki dan
dikuasai, pembatasan hukum dan regulasi.
3. Kapan produksi dilakukan
Penetapan waktu produksi, apakah akan mengatasi kebutuhan eksternal atau
menunggu tingkat kesiapan perusahaan.
4. Mengapa suatu produk
diproduksi
- Alasan ekonomi
- Alasan kemanusiaan
- Alasan politik
5. Dimana produksi itu
dilakukan
a. Kemudahan
memperoleh suplier bahan dan alat-alat produksi
b. Murahnya
sumber-sumber ekonomi
c. Akses
pasar yang efektif dan efisien
d. Biaya-biaya
lainnya yang efisien
6. Bagaimana proses produksi
dilakukan: input- proses – out put - out come
7. Siapa yang memproduksi;
negara, kelompok masyarakat, indovidu
Dengan demikian masalah barang apa
yang harus diproduksi (what), berapa jumlahnya (how much), bagaimana
memproduksi (how), untuk siapa produksi tersebut (for whom), yang merupakan
pertanyaan umum dalam teori produksi tentu saja merujuk pada motifasi-motifasi
Islam dalam produksi.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara teknisi produksi adalah proses
mentransformasi input menjadi out put, tetapi definisi produksi dalam
pandanganekonomi Islam menjelaskan bhawasanya konsep produksi lebih sempit pada
manusai dan eksistensinya, yaitu mengutamakn harkat manusia. Tujuan kegiatam
produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimum
bagi konsumen yang di wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusiapada tingkat
moderat, menemukan menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. Menyiapkan
persedian barang dan jasa di masa depan, serta memnuhi sarana bagi kegiatan
sosial dan ibadah kepada Allah.
Seluruh kegiatan produksi terikat pada
tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami. Sebagaimana juga dalam kegiatan
konsumsi. Secara lebih rinci nilai- nilai ini misalnya adaalah berwawasan
jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hasanuddin,
Sistem Ekonomi Islam. Ciputat
·
Kafh, Monzer.1995. Ekonomi Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
·
Karim
A Warman. 1992. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro, Jakarta :
IIIT Indonesia
·
-----------------------.
2008. Ekonomi Makro Islami. Jakarta
: PT Grafindo Persada
·
Khan,
Fahim. 2014. Esai- Esai Ekonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
·
Maman.
1992. Ekonomi Islam Teori dan Praktek.
Jakarta : Intermasa.
·
Rozalinda. 2016. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya dalam
aktivitas Ekonomi , Jakarta: RajaGrafindo Persada
·
http://tjoetnyakkkkk.blogspot.co.id/2011/01/teori-produksi-dalam-ekonomi-islam.html diakses pada 5 juni pukul 20.45 WIB
·
http://rofiqmuhammad020992.blogspot.co.id/2016/02/teori-produksi-dalam-islam.html diakses pada 7 juni 2017 pukul 14.10
·
https://alimpolos.blogspot.co.id/2015/10/konsep-islam-dalam-faktor-faktor.htmln diakses pada 8 juni 2017 pukul 04.30
[1]
Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya dalam aktivitas Ekonomi , Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2016, hlm. 111
[2]
Adiwarman A. karim . Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro, Jakarta
: IIIT Indonesia,1992. Dikutip dalam buku Hasanuddin, Sistem Ekonomi Islam.
Ciputat hlm.. 230
[3] http://rofiqmuhammad020992.blogspot.co.id/2016/02/teori-produksi-dalam-islam.html diakses pada 7 juni 2017 pukul 14.10
[4] M.
Fahim Khan. Esai- Esai Ekonomi Islam. ( Jakarta : PT RajaGrafindo). 2014.hlm.
156
[5]
Monzer Kahf. Ekonomi Islam. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar). 1995.hlm.37
[6] Adiwarman
A. Karimn. Ekonomi Makro Islami.
(Jakarta : PT Grafindo Persada). 2008. Hlm 103.
[7]
Maman. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. ( Jakarta : Intermasa).1992. hlm 54
[8] Monzer
Kafh.op,cit. Hlm. 40
[9]
Hasanuddin, Sistem Ekonomi Islam. Ciputat. Hlm. 117.
[10]
https://alimpolos.blogspot.co.id/2015/10/konsep-islam-dalam-faktor-faktor.htmln diakses pada 8 juni 2017 pukul 04.30
[11]
Monzer Kaft, op.cit. hlm.36
[12] http://tjoetnyakkkkk.blogspot.co.id/2011/01/teori-produksi-dalam-ekonomi-islam.html diakses pada 5 juni pukul 20.45 WIB


Komentar
Posting Komentar