makalah retorika - pengertian dan tujuan retorika



PENGERTIAN RETORIKA DAN TUJUANNYA
 (Makalah untuk Memenuhi Tugas Retorika dan Ilmu Khitobah)
Dosen Pembimbing:
Dra. Hj. Mastanah, M.Si

Disusun Oleh:
                             Afifah Fauziyah         11150530000001
                             Rizqa Dian Utami      11150530000004
                             Zulfa Aenun Nisa       11150530000064

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan bagi pembaca dalam PENGERTIAN RETORIKA dan TUJUANNYA ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Nasichah selaku dosen Psikologi Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Ciputat, 08 November 2017

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
A.Pengertian Retorika..................................................................................................2
B. Sejarah Retorika...................................................................................................... 3
C. Retorika Dakwah Islam........................................................................................... 3
D. Dasar Retorika Dakwah .........................................................................................  5
E. Pentingnya Retorika Dakwah .................................................................................  6
F. Tujuan Retorika ......................................................................................................  8
BAB III PENUTUPAN .........................................................................................................  9
A.Kesimpulan............................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Retorika merupan sebuah kelihaian seseorang dalam komunikasi, mengunggkapkan apa yang menjadi tujuannya dengan cara sebaik mungkin agar apa yang menjadi tujuan penyampaiannya tercapai. Kemampuan beretorika tidak semua orang mengusainya. Dalam retorika juga diperlukan adanya intelektualitas dalam pengguananya. Jika diperhatikan orang yang menguasai ilmu retorika dan memiliki intelektualitas yang tinggi nialinya akan berbeda dengan orang yang hanya mampu berretorika tanpa intelektualitas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pemahan tentang retorika dan tujuan dari retorika itu sendiri.apa pentingnya retorika dalam penyampaian pesan dakwah ?.
  1. Rumusan Maasalah
1.      Pengertian Retorika
2.      Tujuan Retorika
  1. Tujuan Perumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian retorika
2.      Unuk mengetahui

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Retorika
            Retorika dalam bahasa Yunani “RHETOR” atau bahasa Inggris “ORATOR” yang berarti “kemahiran dalam berbicara dihadapan umum”. I Gusti Ngurah Oka, memberikan definisi sebagai berikut“Ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha yang untuk dalam persiapan, kerjasama, serta kedamaian ditengah masyarakat”. Retorika dakwah adalah seni bicara mempengaruhi orang lain melalui pesan dakwah. Retorika dakwah merupakan cabang dari ilmu komunikasi yang membahas bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain melalui seni bicara agar pesan kita dapat diterima.
Dengan demikian termasuk dalam cakupan pengertian Retorika adalah: Seni berbicara-Kemahiran dan kelancaran berbicara kemampuan memproduksi gagasan, kemampuan mensosialisasikan sehingga mampu mempengaruhi audience.
Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan masyarakat terutama di kalangan pelajar. Berbicara adalah kemampuan merangkai kata-kata agar pendengar mudah memahami dan mengerti maksud dari pembicarran si pembicara.
Menjadi seorang pembicara yang handal harus mampu atau pintar-pintar memahami situsi lawan bicara serta mampu menyesuaikan dimana dan dalam situasi apa ketika kita sedang berbicara. Ketika seseorang memilki keamapuan untuk berbicara maka pembicaraan akan terarahkan, biasanya seorang pembicara juga memiliki pengetahuan yang luas serta lues dalam pergaulan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun di masyarakat.
Pengetahuan dan wawasan yang luas sangat mempengaruhi kelancaraan dalam berbicara. Biasanya seorang yang kemampuan berbicaranya baik, memiliki wawasan yang luas, karena kebanyakan jika si pembicara mendapat sanggahan dari lawan bicara ia akan menggunakan berbagai alasan untuk memperkuat argumennya. Alasan yang dikemukakan tentu berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan, bukan hanya sekedar mengelak dari sanggahan lawan bicara saja.



B.                  Sejarah Retorika
      Retorika sudah ada sejak zaman yang memiliki bukti historis yaitu pada zaman Nabi Muhammad. Sebagaimana asal mula Nabi Muhammad SAW diutus yakni menyempurnakan akhlak yang mulia, “innamaa bu’istu liuttamima makaarimal akhlaq”. Selain itu Nabi Muhammad pun mendapatkan pengakuan dari dunia sebagai orang yag paling baik berkomunikasi.
C.                  Retorika Dakwah Islam
Retorika dakwah sendiri berarti berbicara soal ajaran Islam. Adapun dalam hal ini, menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menyebutkan prinsip-prinsip retorika Islam[1] sebagai berikut:
1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
       3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.
4. Cara berbicara kepada seseorang sesuai dengan bahasanya, ramah, memperhatikan   tingkatan pekerjaan dan kedudukan, serta gerakan bertahap.
Secara ideal, masih menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, karakteristik retorika Islam adalah:
1. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan material.
2. Memikat dengan Idealisme dan Mempedulikan Realita.
3. Mengajak pada keseriusan dan konsistensi, dan tidak melupakan istirahat dan berhibur.
4. Berorientasi futuristik dan tidak memungkiri masa lalu.
5. Memudahkan dalam berfatwa dan menggembirakan dalam berdakwah.
6. Menolak aksi teror yang terlarang dan mendukung jihad yang disyariatkan.
Dalam berbicara tidak semua pembicaraan bermanfaat bagi diri sendiri maupaun orang lain. Berbicara disini yakni berbicara yang menghasilkan pengetahuan baru atau berbicara yang dimaksud adalah memiliki manfaat dan bukan hanya sekedar mengeluarkan bunyi ujaran pada seseorang atau khalayak ramai tanpa melihat unsur tujuan pembicaraannya.
Contoh retorika yang baik diantaranya sebagai berikut:
1. Berbicara dalam forum diskusi untuk memecahkan suatu masalah. Yakni berhubungan dengan pengetahuan atau bidang lain yang penting untuk diselesaikan.
2. Berbicara dalam sebuah pidato dalam suasana resmi, memberi pengetahuan kepada orang lain berbagi ilmu dengan menggunakan retorika yang baik.
3. Berbicara dalam hal menjadi tutor bagi mereka yang belum begitu paham terhadap suatu hal atau tema tertentu.
4. Berbicara dengan unsur dakwah. Yakni memberi pengetahuan atau diskusi tentang ajaran islam dan mengenai syiar islam.
Selain itu masih banyak lagi jenis berbicara yang bermanfaat, sebagai mahasiswa tentunya sudah bisa menilai dan memilah mana hal yang baik untuk dibicarakan dan mana hal yang buruk untuk dibicarakan.
Retorika dakwah atau biasa juga dikatakan berpidato atau biasa juga disebut sebagai ceramah agama. Ini memilki manfaat yang banyak, selain kita mendalami ilmu tentang agama juga melatih kita untuk berani tampil dan tidak gugup untuk berbicara di depan umum.
Seperti yang kita ketahui retorika sering dianggap berbicara omong kosong atau permainan kata-kata belaka. Karena kebanyakan kemampuan beretorika tidak digunakan dengan baik, kemampuan berbicara tidak digunakan dalam berbicara yang baik dan memiliki manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Retorika dalam berdakwah bukan hanya sekedar memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi pada orang lain mengenai ilmu agama. Melainkan juga mampu memahami situasi lawan bicara, pengetahuan yang luas, dan memiliki wawasan yang luas pula.
Dalam retorika dakwah, penyampaian mengenai ajaran-ajaran dalam islam termasuk salah satu cara untuk menghilangkan citra beretorika yang sering dianggap hanya omong kosong belaka. Didalam retorika dakwah sumber atau dasar yang menjadi pegangan si pembicara yakni berasal dari Al-Qur’an dan Hadist. Tidak akan mungkin seseorang yang melakukan retorika dakwah atau ceramah, menyampaikan pengetahuan mengenai agama tidak di dasarkan oleh sesuatu yang kuat dan nyata.
Retorika dakwah tidak dilakukan oleh sembarang orang, biasanya para ulama atau tokoh-tokoh agama yang melakukan retorika tersebut. Melaui retorika dakwah dapat dibuktikan bahwa tidak semua retorika itu merupakan omong kosong belaka.
Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk tidak menjadikan beretorika itu sebagai omong kosong belaka, misalkan dengan mengadakan orasi ilmiah yang berdasarkan atauran islam. Bukan orasi yang sekedar berteriak dijalan dan tidak mendapat respon apa-apa dari pemerintah. Atau dengan mengadakan debat akademik yang menambah pengetahuan kita dan menambah keluesan kita dalam berbiacara yang memiliki manfaat. Serta menghilangkan kebiasaan berbicara yang tidak baik atau tidak penting untuk dibicrakan terutama menggunjing orang lain.
Retorika dakwah dapat dimaknai sebagai pidato atau ceramah yang berisikan pesan dakwah, yakni ajakan ke jalan Tuhan (sabili rabbi) mengacu pada pengertian dakwah dalam QS. An-Nahl:125;
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
“Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik…” 
Ayat tersebut juga merupakan acuan bagi pelaksanaan retorika dakwah. Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa objek dakwah dapat dibagi menjadi tiga golongan[2], yang masing-masingnya dihadapi dengan cara yang berbeda-beda sesuai hadits: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran kemampuan) akal mereka”.
 a. Ada golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran, berpikir kritis, dan cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akan mereka.
b. Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mau’idzatul hasanah, dengan ajaran dan didikan, yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.
c. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya berpikir secara sehat.
D. Dasar Retorika Dakwah Islam
1.    Mengacu pada Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
 Artinya: Serulah (manusia) kepada jlan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (16: 125)
2.      Hadist Nabi: “Khoothibun naaasa ‘alaa qodri quluubih”. Yang artinya, “seni itu sesuai dengan kadar orang diajak bicara.”
E. Pentingnya Retorika Dalam Dakwah
Ceramah, pidato, atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, Bahkan khutbah pada hari Jumat adalah merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan saat melaksanakan sholat Jum’at. Agar ceramah atau khutbah dapat berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang penting. Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan pengamalannya, keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi antara sang muballigh atau khatib dengan jama’ah yang menjadi obyek dakwah.
Seorang dai perlu mempelajari retorika dari ilmu komunikasi, karena ia berguna untuk membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiannya. Sehingga dengan retorika ini, seorang dai bisa berusaha mempengaruhi orang lain supaya mereka dapat mengalihkan pikirannya dari pikiran-pikiran yang mungkar kepada pikiran-pikiran yang sesuai dengan jalan Allah, yang juga termasuk di dalamnya mempengaruhi keyakinan, perbuatan, perilaku dan juga pengetahuan dengan seperti itu diharapkan tujuan dakwah yang disampaikan oleh seorang dai dapat diterima oleh jamaah dengan baik.
Agar ceramah atau khutbah dapat berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang penting. Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan pengamalannya, keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi antara sang muballigh atau khatib dengan jama’ah yang menjadi obyek dakwah.” Sebagaimana  sabda Nabi saw: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran kemampuan) akal mereka.” (HR. Muslim) dan juga sabda Nabi Saw: “Tempatkanlah manusia sesuai dengan tempat atau kedudukan mereka masing-masing.” (HR. Abu Dawud).
Retorika dakwah atau bisa juga dikatakan berpidato atau bisa juga disebut sebagai ceramah agama. Ini memilki manfaat yang banyak, selain kita mendalami ilmu tentang agama juga melatih kita untuk berani tampil dan tidak gugup untuk berbicara di depan umum.
Berbicara atau beretorika merupakan keamampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada  mad’unya baik dalam situasi formal maupun non formal, kemampuan berretorika sebenarnya dimiliki oleh semua orang, kecuali yang cacat pada indera pengucapannya, seorang da’i yang handal memiliki kemampuan memahami situasi mad’unya dan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
F.     Tujuan retorika
Tujuan retorika adalah persuasi, yang dimaksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan pembicara. Artinya bahwa tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.
Sasaran dan tujuan retorika pada masa modern setelah perang dunia II, pada   waktu mana muncul negara-negara berkembang yang menganut sistem demokrasi, retorika memegang peranan yang lebih penting dari yang sudah-sudah. Karenanya banyak yang mempelajarinya yang sesuai dengan perkembangan ilmu, retorika masa ini dikenal sebagai 10 scientific  rhetorics  atau  retorika  ilmiah yang  merupakan paduan  antara ilmu komunikasi dan ilmu jiwa. Hakikat retorika bahwa retorika adalah  the art ofpersuasion. Persuasion didefinisikan oleh Herbert W.Simons dalam bukunya,Persuasion Understanding, Practice and Analysis, sebagai “komunikasi manusia yang direncanakan untuk  mempengaruhi orang-orang lain dengan mengubah kepercayaan, nilai atau sikap mereka (human communication   designed   toingluence others by modifying their beliefs, value. Or attitudes)”.
            Retorika masa ini tidak seperti pada zaman Demostnenes atau Cicero yang terbatas pada sekumpulan orang yang berada di sebuah lapangan. Sekarang bisa meliputi seluruh negeri. Gaya orator pada rapat raksasa yang tertuju pada emosi khalayak tidak sama dengan gaya orator yang menghadapi kamera televise atau mikrofon radio siaran yang tertuju kepada rasio khalayak. Retorika masa modern dikenal sebagai  scientific rhetorics  atau retorika ilmiah yang merupakan paduan antara ilmu komunikasi dan ilmu jiwa. Hakikat retorika bahwa retorika adalah  the art of persuasion.  Persuasion didefinisikan oleh Herbert W.Simons dalam bukunya, Persuasion Understanding, Practice and Analysis, sebagai “komunikasi manusia yang direncanakan untuk mempengaruhi orang-orang lain dengan mengubah kepercayaan, nilai, atau sikap mereka (human communication designed to ingluence others by modifying their beliefs, value or attitudes).

BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
Dari definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa retorika dakwah adalah ketrampilan menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslimin agar mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam yang karenanya pemahaman dan prilakunya dapat berubah menjadi lebih Islami. (dijadikan kesimpulan)


DAFTAR PUSTAKA
Hanafi,  Abdullah.  Memahami   Komunikasi   Antar   Manusia,  Surabaya:   Usaha
Nasional, 1984



[1] Retorika Islam.(khalifa,2004)
[2] Syaikh Muhammad Abduh
 

Komentar

Postingan Populer